Minggu, 13 Januari 2019

Permasalahan Jaringan Fiber Optic

Permasalahan Jaringan Fiber Optic



Pada Instalasi kali ini terjadi beberapa masalah, yaitu pada saat pengecekan koneksi ternyata koneksi belum sepenuhnya berjalan dengan lancar, dan loss yang dihasilkan sangat besar atau tidak memenuhi standar loss yang direkomendasikan yaitu RX sensitivity-nya antara – 22 s/d – 24 dB, pada saat dilakukan penghitungan ternyata loss yang dihasikan adalah – 38 dB, setelah tim men-troubleshooting masalah ini mulai dari konstruksi kabel apakah ada bending atau kabel yang patah, penggunaan attenuator yang tepat, setelah beberapa tindakan tersebut dilakukan ternyata loss yang dihasilkan masih saja besar. Tim instalasi sempat mengganti atau men-splice ulang patch cord karena diasumsikan hasil splicingnya kurang maksimal, ternyata tindakan tersebut juga tidak merubah hasil penghitungan loss yang direkomendasikan.
Setelah tim melakukan pengecekan ulang di OTB ternyata sumber masalah ditemukan yaitu konektor FC yang masuk salah satu port di OTB tidak tertancap sebagaimana mestinya, inner dari konektor tersebut tidak masuk secara tepat. Hal inilah yang ternyata menyebabkan loss yang dihasilkan tidak sesuai dengan yang direkomendasikan.
Dari problem pada saat instalasi kali ini dapat diambil beberapa kesimpulan supaya hal yang sama tidak terjadi kembali, untuk meminimalisasikan terjadinya problem tersebut, tim menyimpulkan berapa hal diantaranya :
· Pastikan kabel fiber yang digunakan bersih dan tidak patah atau
rusak.
· Pada saat splicing pastikan loss yang dihasilkan seminimal mungkin.
Atau mencapai RX sensitivity yang direkomendasikan yaitu -22 s/d
– 24 dB.
· Pada saat memasukan konektor ke salah satu port di OTB pastikan inner-nya masuk secara tepat.(jika hal ini tidak diteliti dengan baik maka pada saat melakukan pengukuran dengan power meter, maka loss yang di hasilkan akan besar).
· Pada saat pengukuran dengan power meter pastikan gelombang yang digunakan sama.
Bila terjadi beberapa masalah, maka cek beberapa keterangan kofigurasi di bawah ini diantaranya adalah :
• Failure of ONU to range
– Fiber yang kotor
– Sinyal degradasi
• Kabel fiber terlalu panjang
• Kabel fiber rusak
• Bad connections/fiber plant components
• Laser/receiver tidak berfungsi
– ONU ID# conflict
• Loss permanent pada frame/pattern di TDM
– Konfigurasi kabel yang salah
– Ports/Channels/Board tidak aktiv
• Tidak bisa telnet ke SCC management port (pada OLT)
– Konfigurasi yang salah pada SCC IP parameternya.
• No IP traffic
– VLAN membership yang salah
– Ports tidak di enabled

Keuntungan Dan Kerugian Menggunakan Fiber Optic

Keuntungan Dan Kerugian Menggunakan Fiber Optic


Beberapa keuntungan dari sistem komunikasi optik :
  1. Dapat menjangkau sampai puluhan bahkan ratusan kilometer.
  2. Tahan terhadap interferensi gelombang elektromagnetik.
  3. Kapasitas transmisinya sangat besar.
  4. Kualitasnya lebih bagus dari sistem komunikasi lainnya.
  5. Material dasar kabel optik relatif lebih murah dari kabel tembaga.

Beberapa kelemahan dari sistem komunikasi optik: 
  1. Sulit membuat terminal pada kabel serat
  2. Penyambungan serat harus menggunakan teknik dan ketelitian yang tinggi.
  3. Akan ada kemungkinan kehilangan sinyal, pengiriman ke tujuan yang berbeda-beda dapat mempengaruhi besarnya informasi yang dikirimkan,
  4. Fiber masih sulit untuk disatukan dan ketika telah mencapai titik akhir maka fiber harus diterima secara akurat untuk menghasilkan transmisi yang jernih
  5. Komponen FO masih sangat mahal.

Penyambungan Fiber Optic

Penyambungan Fiber Optic

Ada 2 cara dalam penyambungan kabel fiber optic yaitu :
1. Splice Fusion
Adalah metode penyambungan serat optic yang memberikan hasil paling permanen dan menimbulkan daya rugi paling rendah. Pada prinsipnya penyambungan dilakukan dengan menyolder ujung-ujung kedua serat optic yang telah disesuaikan posisinya. Persambungan yang dihasilkan hanya menghasilkan attenuation/redaman sebesar 0,05 db.
2. Splice Mekanik
Splice dengan metode ini menjalankan fungsi yang serupa dengan splice fusion, hanya saja dalam koneksi fiber optic dengan metode ini, masing-masing ujung fiber optic dikoneksikan secara mekanik (alat penyambung mekanik).

Fungsi Alat kerja Fiber Optik

Fungsi Alat kerja Fiber Optik

1. Fusion Splicer
Fusion splicer atau sering dikenal sebagai alat untuk menyambungkan serat optik ini merupakan salah satu alat yang digunakan untuk menyambungkan sebuah core serat optik, dimana serat tersebut terbuat / berbasis kaca, dan mengimplementasikan suatu daya listrik yang telah dirubah menjadi sebuah media sinar berbentuk laser.
 2. Stripper Atau Miler

Sama seperti kabel - kabel yang lain, salah satunya seperti kabel coaxial dan UTP, kabel fiber optic juga memerlukan alat ini. Alat ini berfungsi sebagai media untuk memotong dan mengupas kulit  dan daging kabel.
 3. Cleaver

Cleaver Tools ini mempunyai fungsi untuk memotong core yang kulit kabel optic-nya sudah dikupas, perlu kalian ketahui juga bahwa pemotongan core ini wajib menggunakan alat khusus ini, karena pada serat kacanya akan terpotong dengan rapih. Jika proses ini berhasil dilakukan dengan baik maka tahapan selanjutnya, kalian bisa teruskan ke tahap Jointing
4. OPM (Optical Power Meter)

 Alat yang satu ini nmemiliki fungsi untuk mengetahui seberapa kuat daya dari signal cahaya yang sudah masuk, OPM ini juga mempunyai interface FC yang langsung berhubungan dengan pathcore FC. Bagi kalian yang belum mengetahui rumus yang digunakan untuk melakukan proses ini, berikut adalah rumusnya: (TX – RX =…dB dibagi jarak (Km)
5. Optical Time Domain Reflectometer (RTDR)

RTDR merupakan salah satu alat yang digunakan untuk mendeteksi komunitas atau himpunan suatu kabel serat ptik dalam jarak tempuh tertentu, sehingga dengan adanya alat ini diharapkan mampu menghasilkan jarak dari dua sisi yang merupakan ukuran  gangguan yang terjadi. Sehingga untuk melakukan troubleshooting dapat dilakukan dengan baik, karena akan sangat mudah menentukan suatu letak lokasi gangguan yang tengah terjadi. Alat OTDR ini sendiri biasanya digunakan untuk melakukan pendeteksian Kabel Crack, Putusnya core yang belum diketahui letaknya, Putusnya kabel atau juga untuk melakukan bending
6. Ligh Source

Pada dasarnya, alat yang satu ini mempunyai fungsi untuk memberikan suatu signal untuk jalur yang akan dilaluinya, misalnya untuk mengukur suatu redaman jalur atu end to end dimana Light Source ini akan berfungsi sebagai media yang memberi signal-nya
7. Optical Fiber Identifier

Alat yang satu ini memiliki fungsi untuk mengetahui arah signal dengan penunjuk arah dan besar daya yang di laluinya.
8. Visual Fault Locator
Alat ini sering disebut juga Laser fiber optic atau senter fiber optic. Fungsinya untuk melakukan pengetesan pada core fiber optic. Laser akan mengikuti serat Optik pada Kabel Fiber Optik dari POP Sampai Ke User (end to end) , bila core tidak bermasalah laser akan sampai pada titik tujuan.
9. Bit Error Rate Test

Alat ini berfungsi sebagai pengecek koneksi jaringan TDM (Time Divisio Multipleksi) yang mana jaringan TDM aplikasinya yaitu layanan Clear Channel yang sedang coba di uraikan penulis. Secara spesifiknya BER TES untuk mengecek dan mengetahui TX atau RX yang error, melalui pengiriman paket dan lup
10. Fiber Optic Adapter

Fiber Optik Adapter merupakan suatu komponen yang digunakan untuk melakukan penyambungan/menghubungkan kabel fiber optik satu dengan yang lain. jika penyambungan dilakukan terhadap kabel fiber optik yang memiliki konektor berbeda maka fiber optik adapter disebut fiber optik adapter hibrid atau Special Adapter.
11.  Splitter Optic

Splitter merupakan komponen yang bersifat pasif dan dapat memisahkan daya optik dari satu input serat ke dua atau beberapa output serat. Splitter pada PON dikatakan pasif sebab optimasi tidak dilakukan terhadap daya yang digunakan terhadap pelanggan yang jaraknya berbeda dari node splitter, sehingga sifatnya idle dan cara kerjanya membagi daya optic sama rata
12. Fiber Node

Fiber node merupakan suatu titik terminasi antara jaringan optik dengan jaringan koaksial. Fiber nod eberupa perangkat opto elektronik yang berfungsi untuk mengubah sinyal optik yang berasal dari distribution hub menjadi sinyal elektrik untuk diteruskan ke rumah rumah pelanggan melalui kabel koaksial dan sebaliknya. 
13. Pigtail Fiber Optic

Pigtail fiber optic merupakan sepotong kabel yang hanya memiliki satu buah konektor diujungnya, pigtail akan disambungkan dengan kabel fiber yang belum memiliki konektor.  Biasanya kabel pigtail di install di OTB (Optical Distribution Box) dan disambung / splicing dengan tarikan kabel Optic yang glondongan (Loose tube cable / Tight buffered cable).
14. Optical Termination Box (OTB)


Optical Termination Box, berfungsi sebagai pendistribusian fiber seperti FDF yang menampung maksimum 72 core. Optical Terminal Box juga digunakan untuk menghubungkan kabel serat optik indoor maupun outdoor dan patchcord. OTB dapat dipasang di dinding maupun tiang.
15. Joint Closure Optic


Joint Closure merupakan sebuah box atau tempat untuk menaruh hasil sambungan dari fiber optic. Sebagai contoh : Jika ada kebel fiber optic putus karena terpotong atau terbakar maka kabel tersebut di sambung/splicing dan hasil splicingan di taruh di Closure.

Jenis-Jenis Kabel Fiber Optik

Jenis-Jenis Kabel Fiber Optik



  • Single Mode

    1. Yaitu serat optic dengan core yang sangat kecil, sekitar 8 mikro meter. Besar diameternya mendekati panjang gelombang, sehingga cahaya yang masuk ke dalamnya tidak terpantul-pantul ke dinding cladding. Kabel single mode dapat menjangkau jarak yang lebih jauh. Ia hanya mengirim satu sinyal pada waktu yang sama. Pulsa cahaya yang ditembakkan pada single mode adalah cahaya dengan panjang gelombang 1310-1550nm
      .
    • Multi Mode Step Index
      Yaitu serat optic dengan diameter core yang sedikit lebih besar dibanding single mode, sekitar 10 mikro meter. Ukuran tersebut membuat laser di dalamnya terpantul didinding cladding, yang dapat menyebabkan berkurangnya bandwidth dari serat optic jenis ini. Kabel jenis ini dapat megirimkan data yang berbeda pada saat yang bersamaan. Namun, jika kabel single mode dapat menjangkau ratusan kilometer, kabel multi mode hanya mampu menjangkau kurang dari 550 meter.
    • Multimode Grade Index
    Yaitu serat optic dengan diameter core yang terbesar, dibanding dua jenis serat optic lainnya. Jenis yang satu ini tidak terlalu banyak .digunakan

    Minggu, 06 Januari 2019

    Sejarah Jaringan Fiber Optik

    Jaringan Fiber Optik

    Sejarah Jaringan Fiber Optik





    Penggunaan cahaya sebagai pembawa informasi sebenarnya sudah banyak digunakan sejak zaman dahulu, namun baru sekitar tahun 1930-an para ilmuwan Jerman mengawali eksperimen untuk mentransmisikan cahaya melalui bahan yang bernama fiber optik. Percobaan ini juga masih tergolong cukup primitif karena hasil yang dicapai tidak bisa langsung dimanfaatkan, namun harus melalui perkembangan dan penyempurnaan lebih lanjut lagi. Perkembangan selanjutnya adalah ketika para ilmuwan Inggris pada tahun 1958 mengusulkan prototype fiber optik yang sampai sekarang dipakai, yaitu yang terdiri atas gelas inti yang dibungkus oleh gelas lainnya. Sekitar awal tahun 1960-an, perubahan fantastis terjadi di Asia, yaitu ketika para ilmuwan Jepang berhasil membuat jenis fiber optik yang mampu mentransmisikan gambar.
    Di lain pihak, para ilmuwan selain mencoba untuk memandu cahaya melewati gelas (fiber optik) juga mencoba untuk “menjinakkan” cahaya. Kerja keras itu pun berhasil ketika sekitar 1959 laser ditemukan. Laser beroperasi pada daerah frekuensi tampak sekitar 15 Hertz – 1014 Hertz atau ratusan ribu kali frekuensi gelombang mikro.
    Pada awalnya, peralatan penghasil sinar laser masih serba besar dan merepotkan. Selain tidak efisien, ia baru dapat berfungsi pada suhu sangat rendah. Laser juga belum terpancar lurus. Pada kondisi cahaya sangat cerah pun, pancarannya gampang meliuk-liuk mengikuti kepadatan atmosfer. Waktu itu, sebuah pancaran laser dalam jarak 1 km, bisa tiba di tujuan akhir pada banyak titik dengan simpangan jarak hingga hitungan meter.
    Sekitar tahun 1960-an ditemukan fiber optik yang kemurniannya sangat tinggi, kurang dari satu bagian dalam sejuta. Dalam bahasa sehari-hari artinya serat yang sangat bening dan tidak menghantar listrik ini sedemikian murninya, sehingga konon, seandainya air laut itu semurni serat optik, dengan pencahayaan yang cukup kita dapat menonton lalu-lalangnya penghuni dasar Samudera Pasifik.
    Seperti halnya laser, fiber optik pun harus melalui tahap-tahap pengembangan awal. Sebagaimana medium transmisi cahaya, ia sangat tidak efisien. Hingga tahun 1968 atau berselang dua tahun setelah fiber optik pertama kali diramalkan akan menjadi pemandu cahaya, tingkat atenuasi (kehilangan)-nya masih 20 dB/km. Melalui pengembangan dalam teknologi material, fiber optik mengalami pemurnian, dehidran (pengeringan), dan lain-lain. Secara perlahan tapi pasti atenuasinya mencapai tingkat dibawah 1 dB/km.
    Tahun 1980-an, bendera lomba industri fiber optik benar-benar sudah berkibar. Nama-nama besar di dunia pengembangan fiber optik bermunculan.Charles K. Kao diakui dunia sebagai salah seorang perintis utama. Dari Jepang, muncul Yasuharu Suematsu. Raksasa-raksasa elektronik macam ITT dan STL jelas punya banyak sekali peranan dalam mendalami riset-riset fiber optik.